Apa sih akibatnya jika seseorang terlalu banyak memendam perasaan?
memendam emosi merupakan suatu kondisi ketika pikiran Anda menghindari, tidak mengakui, atau tidak dapat mengekspresikan emosi dengan cara yang tepat. Beberapa emosi yang sering dipendam seseorang, antara lain kemarahan, frustasi, kesedihan, ketakutan, dan kekecewaan
A. Rentan terhadap inflamasi (peradangan)
Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi dan kerentanan terhadap inflamasi atau peradangan. Peneliti Finlandia melaporkan, orang dengan diagnosis ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi juga dikenal sebagai Alexythymia.
Alexythymia ini memiliki kadar zat kimia inflamasi, seperti protein C-reaktif sensitivitas tinggi (hs-CRP) dan interleukin (IL-6), yang lebih tinggi dalam tubuh. CRP merupakan penanda inflamasi untuk jantung koroner.
Studi lainnya yang dilakukan oleh Middendorp, 2009, orang yang didorong bertukar perasaan dan mengekspresikan emosi akan memiliki kadar penanda inflamasi dalam darah yang lebih rendah dibanding mereka yang memendam perasaan.
B. Melemahkan sistem imun tubuh
Seperti dilansir dari Medical News Today, penelitian yang dilakukan oleh para spesialis asal Pennsylvania State University menemukan bahwa suasana hati yang negatif dapat mengubah fungsi respons imun.
Kondisi ini berkaitan erat dengan meningkatnya risiko peradangan saat Anda merasakan stres atau kecemasan yang berlebih. Hasil penelitian ini bahkan telah dirangkum dalam jurnal Brain, Behavior, and Immunity.
Dalam penelitian tersebut dikumpulkan data partisipan lewat pengisian kuesioner selama masa studi berlangsung, yakni 2 minggu. Pada periode ini, peneliti mengambil sampel darah partisipan dengan tujuan melihat respons kekebalan serta mencari tanda-tanda peradangan.
Lewat studi tersebut, tampak jelas bahwa individu yang dirundung suasana hati negatif dalam waktu lama cenderung memiliki risiko peradangan biomarker lebih tinggi akibat sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah.
Sebaliknya, saat partisipan sedang memiliki suasana hati yang baik, hasil penelitian selalu positif dengan menurunnya tingkat peradangan dalam darah. Namun sayangnya, hal tersebut hanya terjadi pada peserta berjenis kelamin pria.
Peradangan terjadi secara alami sebagai respons imun saat bereaksi terhadap infeksi atau luka. Sementara itu, tingkat peradangan yang tinggi dikaitkan dengan kesehatan yang buruk hingga berbagai kondisi kronis, seperti radang sendi.
C. Mengakibatkan kecemasan berlebih
Emosi yang dipendam terus menerus bisa menyebabkan gangguan kecemasan. Gangguan cemas berkepanjangan mengakibatkan otak memproduksi hormon stres secara berkala. Hal ini akhirnya bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik, seperti sakit kepala, mual, muntah, hingga kesulitan bernafas.
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164) mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.
D. Mengakibatkan depresi
“Perasaan yang terpendam dan tak kunjung diungkapkan lama kelamaan bisa membuat kamu depresi. Oleh sebab itu, cobalah untuk mengungkapkannya kepada orang lain atau menuangkan perasaan kamu ke suatu media, seperti jurnal, karya seni atau lagu.”
Melansir dari Healthline, penelitian menunjukan bahwa memendam emosi nyatanya mampu memengaruhi kesehatan fisik maupun mental. Orang-orang yang suka memendam emosi ternyata lebih rentan sakit akibat penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh. Emosi yang tertekan juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan mental, seperti stres, kecemasan, sampai depresi.
Depresi lebih dari sekedar perasaan sedih atau tertekan. Kondisi ini bisa memengaruhi suasana hati dan menghambat aktivitas sehari-hari. Karena alasan ini, mulailah untuk sedikit membuka diri dan mengungkapkan perasaan yang mengganggu. Saat mengalami depresi, seseorang biasanya selalu merasa bersalah, putus asa, tidak berharga, cemas dan khawatir terus menerus, sensitif, insomnia sampai kehilangan minat untuk beraktivitas.
E. Meningkatkan risiko penyakit dan kematian
Energi negatif yang didapat dari emosi merupakan energi yang tidak sehat bagi tubuh. Energi dari emosi yang ditekan bisa menjadi penyebab dari tumor, pengerasan arteri, kaku sendi, melemahkan tulang, hingga berkembang menjadi kanker.
Emosi yang ditahan juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh rentan terhadap penyakit. Memendam emosi juga berpengaruh buruk bagi kesehatan fisik dan mental.
Penelitian yang diikuti selama 12 tahun menunjukkan, orang yang sering memendam perasaannya memiliki kemungkinan mati muda. Setidaknya tiga kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang terbiasa mengekspresikan perasaannya.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Psychosomatic Research ini menemukan, orang yang memendam emosi dapat meningkatkan risiko kematian karena penyakit jantung dan kanker. Penelitian ini juga turut membuktikan penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara emosi negatif, seperti marah, cemas, dan depresi, dengan pengembangan dari penyakit jantung.
Orang yang terbiasa memendam emosinya akan membawa pikiran negatif dalam tubuh yang dapat mengganggu keseimbangan hormon. Hal ini meningkatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan kerusakan sel, seperti kanker.
Beberapa ahli menyarankan agar seseorang dapat mengutarakan emosi yang dirasakan, terutama emosi sedih, agar kesehatan mental tetap terjaga. Marah dapat membantu mengurangi dampak negatif dari stres.
Berikut beberapa penyakit yang berhubungan dengan emosi, yaitu:
1. Alergi, karena penyangkalan akan kekuatan dan kemampuan diri.
2. Radang sendi, karena perasaan tidak dicintai, ditolak dan perasaan dikorbankan.
3. Demam, karena perasaan marah yang tidak mampu diekpresikan.
4. Ginjal, karena kekecewaan, perasaan gagal, rasa malu yang ditekan.
5. Maag, karena takut, cemas, perasaan tidak puas pada diri sendiri.
6. Penyakit paru-paru, karena putus asa, kelelahan emosional, luka batin.
7. Sakit punggung, karena ketakutan akan uang, merasa terbebani.
8. Sakit pinggang, karena rasa tidak dicintai, butuh kasih sayang.
9. Jantung, karena rasa kesepian, merasa tidak berharga, takut gagal dan marah.
10. Kanker, karena kebencian terpendam atau makan hati yang menahun.
11. Diabetes, karena keras kepala, tidak mau disalahkan.
12. Glaukoma, karena tekanan dari masa lalu dan tidak mampu memaafkan.
13. Jerawat, karena tidak menerima diri sendiri, tidak suka pada diri sendiri.
14. Pegal-pegal, karena ingin dicintai dan disayangi, butuh dipeluk dan kebersamaan.
15. Obesitas, karena takut, ingin dilindungi, kemarahan terpendam, tidak mau memaafkan.
16. Mata minus, karena takut akan masa depan.
17. Mata plus, karena tidak mampu memaafkan masa lalu
Suka Memendam Perasaan? Lepaskan dengan Cara Ini
Sebagian besar orang yang suka memendam perasaan umumnya punya kepribadian yang tertutup. Biasanya, orang-orang dengan kepribadian tertutup lebih kaku dalam berkomunikasi sehingga akan lebih sulit mengungkapkan isi hatinya. Kalau kamu salah satunya, coba tips berikut agar terhindar dari depresi:
1. Tanyakan pada Diri Sendiri
Mulai dengan tanyakan pada diri sendiri tentang perasaan apa yang sedang kamu rasakan saat ini. Ini penting dilakukan supaya kamu betul-betul memahami perasaan kamu sendiri sebelum bisa menyampaikannya ke orang lain.
2. Latih Diri Sendiri
Mulai berlatih untuk mengungkapkan perasaan dengan kalimat yang diawali dengan kata “saya”. Misalnya “saya merasa takut”, “saya merasa kecewa”, “saya merasa marah” atau “saya merasa sedih”.
3. Bicarakan dengan Orang Lain
Ceritakan perasaan yang kamu miliki kepada orang lain. Sebaiknya, pilih orang yang paling kamu percayai, seperti teman atau keluarga supaya kamu lebih nyaman dan leluasa mengungkapkannya.
4. Tuangkan ke Sebuah Media
Jika kamu kesulitan untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain, coba tuangkan ke dalam sebuah media. Kamu bisa menuangkan segala isi hati ke dalam jurnal, karya seni maupun lagu-lagu yang kamu ciptakan sendiri.
5. Fokus pada Hal Positif
Meskipun kelihatannya sulit untuk berpikir positif saat perasaan sedang tidak karuan, tapi tidak ada salahnya mencoba. Fokus pada hal-hal yang positif dapat menurunkan emosi yang tidak stabil sehingga kamu bisa merasa sedikit aman dan nyaman.
Komentar
Posting Komentar