Emotional Burnout, Lelah tapi Capek
Stress bisa dibilang merupakan sesuatu yang tak terhindarkan bagi kamu dalam menjalani kehidupan. Sejatinya, stress merupakan hal yang penting buat kamu miliki, guna memotivasi dirimu untuk jadi lebih baik. Namun, jika berlebihan, itu bisa membawa dampak negatif terhadap kesejahteraan dirimu, baik fisik maupun mental.
Burnout merupakan sebuah sindrom yang menandakan kondisi stres di tempat kerja. Jika kamu pernah merasa lelah secara fisik dan emosional dikarenakan ekspetasi dan kenyataan pekerjaan tidak berjalan sesuai dengan yang dibayangkan mungkin kamu mengalami burnout. Masalah pekerjaan mungkin tak kunjung selesai dan mengakibatkan stres berkepanjangan. Belum lagi perintah atasan yang datang tanpa diduga.
Mungkin sebagian diantara banyak orang menganggap hal ini normal dengan dalih yang namanya bekerja tidak ada yang enak. Namun perlu diketahui jika kondisi ini dibiarkan berlarut larut maka bisa dipastikan kamu akan semakin kehilangan minat untuk menjalani pekerjaan kamu. Rendahnya motivasi kerja berujung pada menurunnya produktivitas kerja.
Apa Itu Emotional Burnout
Emotional burnout, atau kelesuan emosional adalah suatu keadaan psikologis negatif yang kamu alami dalam berkehidupan sehari-hari. Ini biasanya ditandai oleh gejala fisik, tingkah laku, serta proses kognitif yang kamu miliki. Selain itu, emotional burnout juga membuat kamu jadi lebih sensi, alias mudah terpancing emosinya.
Pas ngalamin emotional burnout, biasanya kamu bakal merasa kehabisan energi buat mengerjakan suatu hal. Entah itu mengerjakan tugas kuliah, deadline pekerjaan, sampai menjalin hubungan dengan orang lain. Hal itu dikarenakan akumulasi stress yang kian menumpuk sehari-harinya, sehingga membuatmu lelah secara mental. Alhasil, akumulasi itulah yang menyebabkan emotional burnout dalam diri kamu
Penting buat kamu ketahui bahwa emotional burnout berbeda dengan stress yang biasa kamu alami. Seperti yang telah disinggung, stress bisa dibilang diperlukan oleh dirimu, dan jangka waktunya pun sebentar. Sedangkan emotional burnout, biasanya bertahan dalam jangka yang lebih lama saat kamu mengalaminya. Alhasil, ini dapat mengganggu fungsi otak, dan menurunkan interaksi sosial kamu
Maka dari itu, emotional burnout merupakan suatu hal yang gak bisa kamu biarkan begitu saja. Salah satunya itu dapat mengganggu well-being, alias kesejahteraan diri yang kamu miliki. Hal ini juga dapat dialami oleh semua orang, apapun rentang usianya. Karena itu, emotional burnout bukanlah sesuatu yang dapat dihindari, melainkan perlu diatasi dengan baik.
Ciri Burnout
- Seseorang kerap kali merasa lemas dan lelah secara emosional, kehabisan energi, kesulitan mengatasi masalah kerja. Gejala fisik yang juga menyertai biasanya berupa sakit perut atau masalah pencernaan.
- Seseorang akan cenderung mengasingkan diri dari aktivitas di tempat kerja. Orang yang mengalami burnout biasanya merasa bahwa pekerjaannya amat banyak sehingga membuat stres dan frustrasi. Hal ini mengakibatkan ia menjadi tidak peduli pada lingkungan dan rekan kerjanya dan menjadi sulit untuk bersosialisai dengan sekitar. Dalam situasi terburuk ia dapat merasa frustasi berat dan merasa bahwa dirinya sudah muak dengan pekerjaannya.
- Kinerja menurun. Stres akibat kerja bisa mempengaruhi hasil pekerjaan dan membuat tidak produktif. Biasanya orang yang mengalami stres pekerjaan akan sangat sensitif jika ditanya soal pekerjaannya, sulit berkonsentrasi, dan menjadi tidak terarah dalam bekerja
Cara Mengatasi Emotional Burnout
Terdapat beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi emotional burnout. Di antaranya:
1. Menerima Keadaan
Alasan kenapa suatu masalah sulit diselesaikan karena mungkin kamu bersikap denial, alias menolak realitas yang ada. Salah satunya mungkin disebabkan oleh perasaan malu untuk mengakui hal itu. Maka dari itu, kamu bisa mencoba menerima keadaan yang dirimu, termasuk emotional burnout yang lagi kamu rasakan. Ini bertujuan untuk memahami apa yang sebenarnya lagi kamu rasakan. Harapannya, menerima keadaan dapat membantumu menghadapi emotional burnout dengan baik! Misalnya, kamu lagi merasa emotional burnout karena masalah keluarga yang tak kunjung selesai. Nah, kamu bisa mencoba untuk menerima keadaan keluargamu itu, lewat menghindari sikap denial.2. Identifikasi Penyebabnya
Setelah itu, kamu bisa mencoba mengidentifikasi apa penyebab dari emotional burnout yang kamu rasakan. Entah itu karena deadline yang menumpuk, omelan dari atasan, sampai masalah dengan rekan kerja yang kamu alami. Ini bertujuan agar kamu bisa mencari langkah yang tepat untuk menghadapi hal itu. Misalnya, belakangan kamu lagi merasa burnout di lingkungan tempat kamu bekerja. Kamu bisa coba identifikasi apa alasan dibalik hal itu, seperti misalnya karena deadline pekerjaan yang kian menumpuk tiap harinya.3. Kurangi Aktivitas
Seringkali emotional burnout yang kamu alami mungkin dikarenakan aktivitas mu yang terlalu padat. Entah itu perihal akademis, kegiatan di kampus, sampai bucin dengan pasangan tercinta. Oleh sebab itu, kamu bisa coba kurangi aktivitas yang ada, salah satunya melalui menyusun skala prioritas. Misalnya, kamu lagi merasa burnout akibat terlalu banyak aktivitas di kampus. Nah, kamu bisa mencoba mengurangi aktivitas itu, melalui menyusun skala prioritas. Mulai dari penting, gak terlalu penting, serta penting tapi gak mendesak.4. Menciptakan Gaya Hidup Sehat
Ada kalanya gaya hidup yang kurang sehat mempengaruhi pola pikir dirimu sehari-harinya. Mulai dari kebiasaan merokok, jarang berolahraga, sampai jam tidur berantakan yang kamu miliki. Maka dari itu, kamu bisa mencoba menciptakan gaya hidup yang sehat guna menjaga kesejahteraan diri, baik fisik maupun mental. Misalnya, kamu belakangan lagi sering ngantuk pas lagi jam mata kuliah di kampus. Dari situ, nilai ujianmu pun jadi anjlok, dan membuat dirimu jadi emotional burnout. Nah, kamu bisa mencoba menciptakan gaya hidup sehat untuk menghadapi hal itu. Salah satunya melalui merubah pola tidur yang kamu miliki.5. Meminta Dukungan Kepada Orang Lain
Sebagai makhluk sosial, menjadi sesuatu yang wajar bagi kamu untuk membutuhkan orang lain sehari-harinya. Oleh sebab itu, kamu bisa mencoba meminta dukungan kepada orang lain pas lagi merasa kesulitan. Misalnya, kamu lagi merasa emotional burnout akibat beban kuliah yang makin hari kian berat. Nah, kamu bisa mencoba meminta dukungan orang lain, seperti kepada pasangan tercinta.Ingat, emotional burnout bukanlah suatu aib yang harus kamu tutup-tutupi sehari-harinya. Hal ini merupakan sesuatu yang normal bagi kamu saat merasakannya. Oleh sebab itu, cobalah jujur dengan diri sendiri mengenai apa yang sedang kamu rasakan. Jika kesulitan bahkan menggangu kehidupan kamu, jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain, seperti misalnya konseling.
referensi
- Wright TA, Cropanzano R (June 1998). "Emotional exhaustion as a predictor of job performance and voluntary turnover". J Appl Psychol. 83 (3): 486–93. doi:10.1037/0021-9010.83.3.486. PMID 9648526.
- ^ Zohar D. (1997). "Predicting burnout with a hassle-based measure of role demands". Journal of Organizational Behavior. 18 (2): 101–115. doi:10.1002/(SICI)1099-1379(199703)18:2<101::AID-JOB788>3.0.CO;2-Y. JSTOR 3100244.
- ^ Maslach C. (1982). The Burnout: The Cost of Caring. Engelwood Cliffs: Prentice Hall. ISBN 978-0-13-091231-2.
- ^ Maslach C.; Jackson S.E. (1986). The Maslach Burnout Inventory(2nd ed.). Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press. ISBN 978-99963-45-77-7.
- ^ ab Maslach C.; Leiter M.P. (1997). The truth about burnout: How organizations cause personal stress and what to do about it. San Francisco, CA: Jossey-Bass. ISBN 978-0-7879-0874-4.
- ^ Hobfoll SE (March 1989). "Conservation of resources. A new attempt at conceptualizing stress". Am Psychol. 44 (3): 513–24. doi:10.1037/0003-066X.44.3.513. PMID 2648906.
- ^ Hobfoll S.E. (2002). "Social and psychological resources and adaptation". Review of General Psychology. 6 (4): 307–324. doi:10.1037/1089-2680.6.4.307.
- ^ Hobfoll S.E. (2001). "The influence of culture, community and the nested-self in the stress process: Advancing conservation of resources theory". Applied Psychology: An International Review. 50(3): 337–421. doi:10.1111/1464-0597.00062.
- ^ Hobfoll S.E. (1998). Stress, Culture, and Community. New York: Plenum Press. ISBN 978-0-306-45942-9.
- ^ ab Ito J.; Brotheridge C. (2003). "Resources, coping strategies, and emotional exhaustion: A conservation of resources perspective". Journal of Vocational Behavior. 63 (3): 490–509. doi:10.1016/S0001-8791(02)00033-7.
- ^ ab Grandey AA, Fisk GM, Steiner DD (September 2005). "Must "service with a smile" be stressful? The moderating role of personal control for American and French employees". J Appl Psychol. 90(5): 893–904. doi:10.1037/0021-9010.90.5.893. PMID 16162062.
- ^ see Albert Bandura
- ^ ab Wilk SL, Moynihan LM (September 2005). "Display rule "regulators": the relationship between supervisors and worker emotional exhaustion". J Appl Psychol. 90 (5): 917–27. doi:10.1037/0021-9010.90.5.917. PMID 16162064.
- ^ Ekman P. (1972). "Universals and cultural differences in facial expressions of emotions". In Cole J. (ed.). Nebraska symposium on motivation 1971. Lincoln: University of Nebraska Press. pp. 207–283.
- ^ Cooper, D., Doucet, L., & Pratt, M. (2003, August). I'm not smiling because I like you: Cultural differences in emotional displays at work. Paper presented at the Academy of Management, Seattle, Washington.
- ^ ab Gordon S.L. (1989). "Institutional and impulsive orientations in selective appropriating emotions to self". In Franks D.D.; McCarthy D. (eds.). The sociology of emotions: Original essays and research papers. Greenwich, CT: JAI Press. pp. 115–136.
- ^ Schneider D.J. (1981). "Tactical self-presentations: Toward a broader conception". In Tedeschi J.T. (ed.). Impression management theory and social psychological research. New York: Academic Press. pp. 23–40.
- ^ Hallowell R.; Bowen D.E.; Knoop C.I. (2002). "Four seasons goes to Paris". Academy of Management Executive. 16 (4): 7–24. doi:10.5465/AME.2002.8951308.
- ^ Zapf D. (2002). "Emotion work and psychological well-being. A review of the literature and some conceptual considerations". Human Resource Management Review. 12 (2): 237–268. doi:10.1016/S1053-4822(02)00048-7. Archived from the originalon 2007-06-23.
- ^ Diefendorff JM, Richard EM (April 2003). "Antecedents and consequences of emotional display rule perceptions". J Appl Psychol. 88 (2): 284–94. doi:10.1037/0021-9010.88.2.284. PMID 12731712.
- ^ Cote S. (2005). "A social interaction model of the effects of emotion regulation on work strain". Academy of Management Review. 30 (3): 509–530. doi:10.5465/AMR.2005.17293692.
- ^ Barsade S.G.; Brief A.P.; Spataro S.E. (2003). "The affective revolution in organizational behavior: The emergence of a paradigm". In Greenberg J. (ed.). Organizational Behavior: The state of the science (2nd ed.). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. pp. 3–52.
- ^ Frijda N.H.; Mesquita B. (1994). "The social roles and functions of emotions". In Kitayama S.; Markus H.R. (eds.). Emotion and culture: Empirical studies of mutual influence. Washington, DC: American Psychological Association. pp. 51–87.
- ^ Cropanzano R.; Rupp D.E.; Byrne Z.S. (2003). "The relationship of emotional exhaustion to work attitudes, job performance and organizational citizenship behaviors" (PDF). Journal of Applied Psychology. 88 (1): 160–9. doi:10.1037/0021-9010.88.1.160. PMID 12675403. Archived from the original (PDF) on 2010-02-15.
- ^ Grandey A.; Dickter D.; Sin H.P. (2004). "The customer is not always right: Customer aggression and emotion regulation of service employees" (PDF). Journal of Organizational Behavior. 25 (3): 397–418. doi:10.1002/job.252.
https://www.healthline.com/health/emotional-exhaustion#causes
hhttps://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-upside-things/201908/how-deal-emotional-burnout
Komentar
Posting Komentar