Apa sih itu STRESS? Apa Dampaknya? Cara Menanggulangi STRESS kaya apa ya?

Mendekati deadline atau ujian skripsi yang tinggal menghitung hari membuatmu stres? Dalam waktu singkat, stres sebenarnya menantang fisik dan mental untuk mencoba mengatasi tantangan tersebut.

Tapi jika dibiarkan berlarut-larut dampaknya tentu kurang baik buat kesehatanmu. Bahkan stres disebut sebagai sumber beberapa gangguan kesehatan, termasuk penyakit kronis 

Serangan Jantung

Stres merupakan suatu kondisi yang bisa memicu timbulnya gangguan irama jantung atau fibrilasi atrium (FA). Mengapa hal itu bisa terjadi? Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Yoga Yuniadi mengungkapkan, stres dapat merangsang pengeluaran hormon yang memicu impuls listrik di jantung. "Pada dasarnya seluruh sel jantung mampu mengeluarkan listrik. Kalau sumber listrik tersangsang berlebihan saat stres berat, bisa membuat banyak sumber listrik," jelas Yoga dalam diskusi media di Gedung Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, Senin (25/7/2016). 

Yoga mengatakan, sumber listrik di jantung seharusnya hanya satu sehingga organ ini berdetak dengan normal. Namun, pada kondisi fibrilasi atrium, sumber listrik jantung menjadi sangat banyak, yaitu mencapai 400-500 sumber listrik di serambi kiri jantung. Hal ini menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur, bisa terlalu cepat atau lambat. Sumber listrik jantung seolah berkompetisi sehingga membuat darah di jantung seperti diputar-putar atau dikocok. Akibatnya, terjadi penggumpalan darah yang sering kali tak disadari. Bahayanya, gumpalan darah bisa menyumbat pembuluh darah.

Penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Harvard, meneliti aktivitas otak dari 300 pasien yang menjadi objek penelitian selama 4 tahun. Mereka melakukan pemindaiaan aktivitas otak yang berhubungan dengan sistem kerja fungsi-fungsi tubuh lainnya. 

Hasil penelitian yang di publikasikan pada 2017  dalam jurnal ”The Lancet” menyebutkan, mereka yang memiliki aktivitas tinggi di bagian amygdala (amygdala yaitu bagian otak yang berbentuk kacang almond yang berperan dalam pembentukan emosi). Bagian ini akan bereaksi ketika kita merasa takut, sedih , gelisah, atau saat keadaan tertekan/stres) beresiko terkena serangan jantung dan stroke.

Para peneliti melakukan dua kajian, yang pertama, mereka memindai bagian otak, sumsum tulang, limpa dan arteri para pasien. Pasien dengan amygdala aktif , mengirim sinyal pada bagian sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah putih ekstra, yang jika hal ini berlangsung terus menerus, justru memperburuk peradangan pada arteri.

Penurunan Imunitas Tubuh

Stres adalah reaksi psiko-fisiologis terhadap berbagai rangsangan emosional atau fisik yang mengganggu homeostasis, dan dapat memperburuk penyakit akibat dari infeksi bakteri dan virus pada hewan dan manusia. Stres psikologis atau kondisi psikosomatik mendorong perubahan imunologi. Hormon stres yaitu CRH, adeno cortiko tropin hormone (ACTH) dan glukokortikoid dapat mempengaruhi respon imun yang mengakibatkan hilangnya tulang, kerusakan jaringan, hilangnya perlekatan, dan dapat menghambat penyembuhan luka.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Michigan State University dalam publikasinya di jurnal Leukocyte Biology, pada awal Januari 2018 , membuktikan  jenis stres tertentu dapat berinteraksi dengan sel kekebalan tubuh yang merespons sel alergen hingga menimbulkan gejala fisik dan penyakit.

Reseptor stres tubuh yang dikenal sebagai faktor pelepasan kortikotropin ( CRF1) dapat mengirim sinyal ke sel kekebalan tubuh, yaitu sel mast. Sel mast menjadi sangat aktif saat menanggapi situasi stres. Saat stres terjadi CRF1 memberitahu sel-sel mast untuk melepaskan zat-zat kimia yang dapat menyebabkan sindrom iritasi usus besar, asma, alergi, atau bahkan kelainan autoimun seperti lupus.

Contoh salah satu zat kimia yang dilepaskan tersebut adalah histamin, merupakan zat kimia tubuh yang diproduksi saat terpapar alergen. Zat inilah kemudian yang membuat kita mengalami reaksi alergi untuk membersihkan alergen dalam tubuh.

Penelitian yang menggunakan dua kelompok tikus ini, membandingkan respon histamin dalam dua jenis kondisi stres, yakni psikologis dan alergi. Hasil yang diperoleh tampak bahwa tikus normal yang  memiliki CRF1 lebih banyak  menunjukkan tingkat histamin dan penyakit yang tinggi hingga terpapar stres,  sebaliknya, tikus yang kekurangan CRF1 , memiliki kadar histamin  rendah dan rendah pula tingkat penyakitnya, hingga tikus kelompok ini terlindung dari dua jenis stres di atas. Hal ini membuktikan bahwa CRF1 terlibat dalam beberapa penyakit yang di picu oleh stres.

Hasil penelitian ini bisa menjadi dasar bagi langkah selanjutnya dalam mencari solusi bagaimana seseorang menjadi sakit saat stres dengan fokus pada sel mast sebagai terapi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.Insomnia dapat mengangu ritme biologis manusia diantaranya menimbulkan dampak gangguan mood, konsentrasi dan daya ingat.Gejala-gejala insomnia secara umum adalah seseorang mengalami kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun pada malam hari ataupun di tengah-tengah saat tidur. Orang yang menderita insomnia juga bisa terbangun lebih dini dan kemudian sulit untuk tidur kembali.

Penelitian dari Potter & Perry mengatakan bahwa tidur dan terjaga di atur oleh dua mekanisme serebral yang bekerja secara intermittent, mekanisme tersebut adalah Reticular Activating System (RAS) dan Bulbular System Reticular (BSR).

Faktor faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur.Salah satu faktor penyebab insomnia adalah stres.

Pada penelitian dari Dr. Nino Murcia di Stanford AS menyatakan bahwa stres akan mempengaruhi kerja daerah Raphe nucleus, yaitu daerah yang mengatur proses emosi yang ternyata memberi dampak terhadap daerah hypotalamus di otak tepatnya di SCN (Supra Chiasmatic Nucleus) yaitu daerah dimana proses tidur terjadi sehingga meningkatkan aktivitas di daerah SCN dan mengakibatkan proses tidur terganggu. Selain itu stres juga menghambat kerja kelenjar pinealis untuk mengeluarkan hormon melatonin yang di perlukan untuk tidur normal. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa stres seseorang mempengaruhi terhadap insomnia orang tersebut. 

Penelitian dari Bahrul Ulumuddin A menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya insomnia adalah stres atau kecemasan, depresi, kelainan-kelainan kronis, efek samping pengobatan, pola makan yang buruk, kafein, nikotin, alkohol, dan kurang olahraga. 

Dari penilitan diatas, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubunganan antara tingkatan stres dengan tingkat insomnia, dapat diterima. Dapat disimpulkan bahwa tingkat stres seorang individu memiliki pengaruh terhadap tingkat insomnia individu tersebut. 

Cara Menghilangkan Stress
Cara menghilangkan stres tiap orang bisa berbeda. Namun, ada berbagai cara menghilangkan stres yang bisa dilakukan dengan sederhana, tanpa menggunakan modal yang besar.

Berikut beragam cara menghilangkan stres untuk membuat tubuh dan pikiran Anda tetap sehat:
Lakukan kegiatan yang disukai
  • Coba ingat-ingat, kegiatan apa yang membuat Anda lupa waktu dan sangat senang melakukannya. Lakukan hal yang Anda senangi seperti memancing, membaca buku, atau apa pun hobi yang Anda sukai sampai dapat membantu menurunkan kadar stres Anda.
Tetap bergerak dan berolahraga
  • Saat Anda mengalami stres, janganlah mengurung diri di tempat sepi. Tetaplah bergerak dan berolahraga ringan, seperti lari, bersepeda, atau berjalan kaki. Melakukan latihan peregangan seperti yoga juga dapat mengurangi ketegangan pada otot, dan sekaligus meringankan stres. Pada saat Anda bergerak atau berolahraga, tubuh akan mengeluarkan zat kimia yang membuat Anda merasa lebih baik.
Mendengarkan musik bernada lembut
  • Mendengarkan musik bernada lembut adalah salah satu cara menghilangkan stres yang sangat membantu. Hal ini dikarenakan musik bernada lembut dapat menurunkan laju detak jantung, meredakan rasa cemas, dan menurunkan tekanan darah. Selain itu, mendengarkan musik  yang tenang dan lembut membuat hormon kortisol dan tekanan darah menurun.
Tertawa keras

  • Tertawa secara universal dikenal sebagai obat terbaik. Terapi tawa merilekskan otot-otot dan dapat membantu menurunkan tingkat depresi dan kecemasan Anda. Ketika kita tersenyum, otak kita melepaskan dopamin yang meningkatkan perasaan kondisi mental positif dan ini sangat terlihat efeknya.Pikiran negatif dapat memengaruhi tubuh dengan membawa lebih banyak stres dan mengurangi kekebalan tubuh dan bisa menjadikan Anda sakit. Tetapi, jika Anda mengubah kualitas pikiran Anda, Anda akan merasakan perubahan dalam perilaku Anda. Bagikan senyum, dan dunia akan membalasmu.
Makan makanan sehat
  • Makan jenis makanan yang tepat adalah bagian penting dari gaya hidup kita. Studi menunjukkan bahwa kebiasaan makan mempengaruhi suasana hati kita. Buat rencana makan. Cobalah untuk menghindari makanan manis dan olahan.
  • Telah terbukti bahwa biji-bijian utuh, buah-buahan dan sayuran segar, dan ikan baik dalam mengurangi stres, membantu membangun tingkat energi yang lebih tinggi dan kewaspadaan mental yang lebih tajam. Kurangi asupan kafein, alkohol, dan nikotin sebanyak mungkin.
  • Gantilah dengan teh saja. Teh hijau mengandung antioksidan yang memberikan manfaat kesehatan. Baik juga untuk menenangkan pikiran dan tubuh Anda yang membantu melawan kecemasan dan depresi Anda.

Istirahat yang cukup
  • Tidur adalah penghilang stres yang kuat. Memiliki rutinitas tidur yang teratur menenangkan dan memulihkan tubuh, meningkatkan konsentrasi, suasana hati, penilaian dan pengambilan keputusan, dan memori yang lebih tajam. Sebaliknya, kurang tidur mengurangi energi Anda, lebih reaktif, lebih impulsif, dan lebih sensitif. Gangguan tidur dapat memicu tingkat stres yang lebih tinggi yang dapat mempengaruhi kinerja Anda dan menciptakan kesulitan dalam hubungan.

Daftar Pustaka


Komentar