Sesungguhnya EMOSI sendiri itu apa?

Beberapa kejadian buruk diakibatkan karena emosi, sungguhnya emosi sendiri itu apa? banyak pakar psikologi yang meguraikan emosi itu seperti apa, yaitu :
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Emosi adalah suatu kompleks keadaan dari kewaspadaan yang meliputi sensasi (di bagian dalam) & ekspresi (di bagian luar), yang merupakan kekuatan untuk memotivasi individu dalam bertindak (Atwater, 1983).
Emosi merupakan pola yang kompleks dari perubahan yang terjadi pada bangkitan/ getaran fisiologis, perasaan subjektif, proses kognitif, dan reaksi perilaku (Atwater & Duffy, 2005).
Emosi memang sulit didefinisikan, akan tetapi dapat diungkap bahwa emosi selalu terkait dengan perasaan (feeling), perilaku (behaviour), perubahan fisiologis (physiological change), dan kognisi.
Fungsi utama emosi adalah untuk memberi informasi kepada individu mengenai interaksinya dengan dunia luar (Strongman, 2006).
Gentry menjelaskan bahwa Alexithymia merupakan istilah psikiatris untuk seseorang yang mengalami kekurangan dalam emosinya, yaitu: sulit membedakan perasaan yang dimilikinya, merasa sulit berinteraksi dengan orang lain, kewaspadaan emosional yang kurang, kurang dapat merasa senang, sulit membedakan emosi dengan getaran tubuh, secara berlebihan menggunakan logika dalam pengambilan keputusan, kurang dapat bersimpati dengan orang lain, menunjukkan kebingungan ketika menghadapi emosi orang lain, tidak tergugah oleh seni, karya sastra, atau musik, hanya memiliki sedikit memori emosional (misal: memori masa kanak-kanak).

KOMPONEN EMOSI.

Atwater (1983), mengungkap komponen dalam emosi menjadi: perubahan fisiologis, termasuk sensasi tubuh (fisik); kewaspadaan subjektif & interpretasi penuh makna dari suatu sensasi; kemungkinan diekspresikannya kewaspadaan tersebut dalam perilaku yang overt (tampak).
Dalam perkembangannya (Atwater & Duffy, 2005), komponen emosi diungkap dalam 4 hal yang saling terkait, yaitu:
  1. Bangkitan/ getaran fisilogis
    Emosi melibatkan kerja otak, sistem saraf, dan hormon, sehingga ketika individu dibangkitkan emosinya, maka secara fisiologis juga terbangkit. Terbangkitnya emosi membutuhkan energi dalam tubuh dan bahkan menurunkan ketahanan tubuh terhadap penyakit.
  2. Perasaan subjektif
    Emosi melibatkan kewaspadaan subjektif/ perasaan yang memiliki elemen menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka.
  3. Proses kognitif
    Emosi juga melibatkan proses kognitif, seperti: memori, persepsi, ekspetansi, dan interpretasi. Satu peristiwa : beda makna bagi beda individu.
  4. Reaksi perilaku
    Reaksi perilaku yang terlibat dalam emosi dapat berbentuk ekpresif dan instrumental. Contoh reaksi ekpresif: ekspresi wajah, gesture, nada suara. Contoh reaksi instrumental : menangis karena distres, melarikan diri dari masalah.

PROSES DALAM MENGALAMI EMOSI.

Ada tiga tahap yang terjadi di dalam proses individu mengalami emosi, yaitu:
  1. Sensasi Tubuh.
    Sensasi tubuh merupakan proses yang terkait dengan hubungan antara Emosi dan Perubahan Fisiologis :

    Emosi melibatkan suatu jaringan yang kompleks dari perubahan fisiologis, yang terdiri atas pikiran dan jasmaniah kita, sehingga perasaan dan tingkah laku saling bekerja simultan.
    Dapatkah Mengendalikan Emosi Tertentu dengan Memanipulasi Sensasi Tubuh Kita?
    Dapat, dengan mem-blocking gerbang yang dilalui sinyal dari bagian tubuh yang mengalami sensasi tertentu menuju ke otak, misal: teknik akupuntur.
  2. Sensasi yang Dimaknai.
    Emosi bukan sekedar sensasi, tetapi bagaimana sensasi tersebut dimaknai oleh individu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Schachter dan Singer di tahun 1962, memperoleh hasil : :

    • Emosi sangat tergantung pada apa yang kita pikirkan & bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain saat emosi kita bangkit
    • Emosi kita dipengaruhi oleh harapan kita & persepsi kita terhadap orang lain, selain oleh dorongan jasmaniah (mental set & seting sosial dapat membantu kita memaknai sensasi tubuh kita sendiri)
    • Belajar memainkan suatu peran penting dimana kita benar- benar dapat merasakannya, memberikan implikasi yang besar dalam pengaturan emosi kita.
    Yang perlu menjadi perhatian antara lain :
    • Adanya bias dalam teori kognitif, tidak memperhitungkan faktor bawaan individu
    • Emosi sangat tergantung pada campuran yang kompleks antara fisiologis bawaan dan faktor pembelajaran.
  3. Respon-respon Adaptif.
    Menurut Arnold (1970), penilaian terhadap baik dan buruknya suatu stimulus memberikan petunjuk bagi respon kita selanjutnya : respon melawan atau menghindar sehingga emosi yang muncul: marah, takut
    Fungsi adaptif yang lain dari emosi, yaitu memperkuat ikatan antara individu dengan kelompoknya : emosi positif seperti cinta, kasih sayang; sedangkan emosi negatif seperti cemas, cemburu, dan berduka akan membantu kita mengacaukan hubungan sosial yang tidak diinginkan.

    Macam-macam Emosi

    Secara garis besarnya emosi digolongkan menjadi dua golongan yaitu emosi positif dan emosi negative. Emosi positif seperti bahagia, senang, gembira, dan cinta. Sedangkan emosi negatif seperti takut, marah, sedih, dan cemas.
    • Menurut Heider (1990), emosi sesih, marah, gembira, dan kaget mendekati kesamaan universal, tetapi emosi cinta, takut, jijik, dan muak lebih bersifat khusus dan tergantung budaya.

    • Menurut Ekman (1972), emosi dapat digolongkan menjadi enam, yaitu marah, muak, takut, bahagia, sedih dan kaget. Dalam perkebanganselanjutnya Ekman (1999) menggolongkan emosi menjadi tujuh belas macam, yaitu: girang, marah, jijik, suka, muak, memalukan, senang, yakut, merasa bersalah, bahagia, bangga, lega, sedih, puas, senang, puas, malu, dan kaget.

    • Sylvan Tomkins menggolongkan emosi cukup sederhana. Sylvan menggolongkan emosi menjadi delapan golongan yaitu senang, gembira, kaget, marah, jijik, sedih, khawatir, dan malu. The Li Chi menggolongkan emosi yang lebih rinci dikemukakan oleh prinz (2004). Mengemukakan emosi menjadi Sembilan golongan yaitu kecewa, panic, cemas, jijik (fisik), menderita, enggan puas, rangsangan, dan kasih sayang.
    • Meskipun berbeda-beda pendapat para ahli tentang penggolongan emosi, tetapi ada beberapa persamaan bentuk-bentuk emosi yaitu senang, bahagia, jijik, sedih dan takut. Perbedaan terletak pada emosi yang lebih khusus sperti kaget dan merasa bersalah.

    • Lovheim (2011) mengusulkan hubungan langsung antara kombinasi spesifik dari tingkat sinyal zat noradrenalin, dopamine, serotonin dengan delapan emosi dasar. Sebuah model kubus tiga dimensi Lovheim tentang emosi, di man zat sinyal membentuk sumbu system koordinat, dan delapan emosi dasar menurut Tomkins Sylvan ditempatkan di delapan sudut. Menurut model ini kemarahan misalnya, yang dihasilkan oleh kombinasi serotonin rendah, dopamine tinggi, dan noradrenalin yang tinggi. Lovheim mengatakan bahwa selama tidak ada serotonin maupun sumbu dopamine identik dengan dimensi “keenakan” dalam teori-teori sebelumnya

    Emosi dasar digolongkan menjadi empat golongan, yakni:
    1. Emosi senang
      emosi senang adalah gambaran rasa senag yang dialami seseorang. Emosi senang ini terdiri dari bermacam-macam bentuk, misalnya bahagia, riang, gembira, dan cinta.

    2. Emosi sedih
      Emosi sedih adalah gambaran rasa tidak senang yang dialami seseorang. Emosi ini juga banyak macamnya seperti duka, kecewa, hampa, dan malu.

    3. Emosi takut
      Emosi takut artinya gambaran rasa tidak senang yang dialmai oleh seseorang, baik terhadap objek dari luar diri maupun dalam diri orang tersebut. Objek dari luar diri misalnya takut pada pencuri, takut pada harimau, dan perampok. Rasa takut yang objeknya dalam diri orang tersebut misalnya takut tidak lulus dan takut berbuat salah.

    4. Emosi marah.
      Emosi marah merupakan gambaran perasaan terhadap suatu objek seperti peristiwa, perilaku orang, hubungan sosial, dan keadaan lingkungan. Masing-masing emosi dasar terdiri dari berbagai emosi yang sejenis. Masing-masing emosi tidak ada yng bersifat universal, tetapi ada pula yang bersifat khusus, artinya kata sifat emosi tersebut hanya ada pada golongan atau suku tertentu saja sesuai dengan budaya golongan tersebut.
    Secara rinci emosi dasar dan jenis-jenisnya dicantumkan pada tabel berikut ini:
    SenangSedihTakutMarah
    Gembira
    Bahagia
    Cinta
    Suka
    Riang
    Gembira
    Sayang
    Takjub
    Kagum
    Damai
    Pilu
    Duka
    Lara
    Kecewa
    Hampa
    Merana
    Putus asa
    Galau
    Frustasi
    Rindu
    Cemas
    Cemburu
    Ngeri
    Malu
    Ragu-ragu
    Khawatir
    Merinding
    Gelisah
    Jengkel
    Jijik
    Dendam
    Dongkol
    Geram
    Kesal
    Sebal
    Benci
    Muak

Dimensi utama dari emosi ada 2, yaitu:
  • Menyenangkan (pleasant) vs tidak menyenangkan
  • Intensely aroused vs weakly aroused (Rusell dkk, 1989).
Menurut Ekman (1993), dari delapan emosi primer yang berbeda hanya 6 yang bersifat universal tanpa batasan budaya dan usia, yaitu: marah (anger), takut (fear), kegembiraan (happiness), sedih (sadness), dan muak (disgust). Sedangkan menurut Matsumoto (2000), ditambahkan satu emosi lagi yaitu: jijik (contempt).
Emosi tidak hanya berfungsi untuk menggerakkan seseorang dalam bertindak atau menghindari situasi tertentu, tetapi juga merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan orang lain, dalam bentuk ekspresi emosi tertentu. Yang harus diperhatikan adalah keseimbangan antara ekspresi emosi dengan kendali terhadap perasaan kita, sehingga menimbulkan rasa nyaman. Wajah merupakan kunci dari ekspresi emosi seseorang (Bower, 2001), kemudian tubuh, postur, perubahan suara, dan gerakan tangan dapat menjadi tanda berikutnya (Azar, 2001).
Ekspresi emosi yang terhalang karena mekanisme individu untuk menutupinya, dapat terungkap dengan:
  • Microexpressions, yaitu ekspresi wajah sepintas lalu yang tampak hanya beberapa detik
  • Body leakage , yaitu sikap tubuh seseorang.

Gambar Plutchik’s Three-Dimensional Model of Emotion.

Fungsi Emosi dalam Kehidupan

Manusia adalah makhluk yang memiliki rasa dan emosi.Hidup manusia diwarnai dengan emosi dan berbagai macam perasaan.Manusia sulit menghadapi hidup secara optimal tanpa memiliki emosi.Manusia bukanlah manusia, jika tanpa emosi.Kita memiliki emosi dan rasa, karena emosi dan rasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita sebagai manusia.

Ahli psikologi memandang manusia adalah makhluk yang secara alami memiliki emosi.Menurut James (Purwanto dan Mulyono, 2006) emosi adalah keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan sesuatu perubahan yang jelas pada tubuh. Emosi setiap orang adalah mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak secara nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh ketika seseorang diliputi emosi marah, wajahnya memerah, napasnya menjadi sesak, otot-otot tangannya akan menegang, dan energy tubuhnya memuncak.

Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk Survival atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai Energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan Messenger atau pembawa pesan (Mpengertiann dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006)

  • Survival, yaitu sebagai sarana untuk mempertahankan hidup. Emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membeda dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang, cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain.

  • Energizer, yaitu sebagai pembangkit energi. Emosi dapat memberikan kita semangat dalam bekerja bahkan juga semangat untuk hidup. Contohnya : perasaan cinta dan sayang. Namun, emosi juga dapat memberikan dampak negatif yang membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada semangat untuk hidup.Contohnya : perasaan sedih dan benci.

  • Messenger, yaitu sebagai pembawa pesan. Emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang yang berada disekitar kita, terutama orang-orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut. Bayangkan jika tidak ada emosi, kita tidak tahu bahwa disekitar kita ada orang yang sedih karena sesuatu hal yang terjadi dalam keadaan seperti itu mungkin kita akan tertawa-tawa bahagia sehingga membuat seseorang yang sedang bersedih merasa bahwa kita bersikap empati terhadapnya.

Dari pemaparan tentang fungsi emosi itu sendiri, maka kita dapat tarik suatu kejelasan bahwa emosi dalam kehidupan sangat berperan untuk menunjang segala aktifitas yang dilakukan oleh manusia. Penggunaan emosi yang tepat dalam situasi yang tepat dapat memepengaruhi terhadap hasil dari aktifitas yang dilakukan oleh manusia. Maka dari itu, patutlah kita menyadari tentang fungsi emosi pada diri kita serta menempatkan emosi tersebut pada situasi yang tepat.

Dengan kita tepat dalam menggunakan emosi kita maka kitapun akan tepat dalam menghadapi suatu hal. Emosi tidaklah selalu harus dipengertiankan sebagai hal yang buruk untuk dilibatkan dalam sesuatu karena Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. Berbagai buku psikologi yang membahas masalah emosi seperti yang dibahas Atkinson (1983) membedakan emosi hanya 2 jenis yakni emosi menyenangkan dan emosi tidak menyenangkan.

Dengan demikian emosi di kantor dapat dikatakan baik atau buruk hanya tergantung pada akibat yang ditimbulkan baik terhadap individu maupun orang lain yang berhubungan (Mpengertiann, 2003). Maka dari itu sangat penting untuk disadari bahwa melibatkan emosi yang tepat dalam segala hal aktifitas dapat mempengaruhi terhadap perilaku individu kearah perilaku yang tepat pula khususnya dalam mengambil suatu keputusan.

Faktor-Faktor Mempengaruhi Emosi

Menurut Hurlock (1997:6) “faktor yang memainkan peranan penting dalam perkembangan adalah kematangan dan belajar.” Kematangan adalah terbukanya sifat-sifat bawaan individu (Hurlock, 1997:6). Menurut Syamsudin (2004:79) “kematangan menunjukkan kepada suatu masa tertentu yang merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan dari suatu fungsi psikofisik untuk menjalankan fungsinya.” Pola kematangan emosi pada tahun pertama perkembangan individu menjadi dasar bagi perkembangan emosi.

Hurlock (1997:6) menyatakan belajar adalah “perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha pada pihak individu.” Belajar dalam kaitannya dengan perkembangan emosi individu dapat dilakukan dengan belajar cara mengekspresikan emosi, dan belajar memahami peristiwa yang menimbulkan emosi (Hilgard, 1962:169). Belajar yang dilakukan individu dapat mengubah cara individu mengekspresikan emosi. Perkembangan emosi individu dipengaruhi kebudayaan dan lingkungan disekitar individu. Cara individu untuk mengekspresikan emosi dipelajari dari kebudayaan dan kebiasaan tempat tinggal individu. Karena pengaruh kebudayaan, dalam perkembangan emosi terdapat pola-pola ekspresi dan pengendalian emosi, yaitu berada pada halaman berikut (Sukmadinata, 2003:83):

  • Pertama, spontanitas dan Pengendalian. Anak pada umumnya sangat spontan dalam menyatakan emosinya, tetapi karena pengaruh dari kebudayaan individu dituntut harus dapat mengendalikan ekspresi emosinya.

  • Kedua, karena faktor kebudayaan tidak semua rangsangan emosional dapat dinyatakan sebagaimana keinginan individu. Ekspresi emosi yang dapat diterima masyarakat dapat dinyatakan sesuai dengan keinginan individu, tetapi yang negatif atau ditolak oleh masyarakat perlu ditahan dan ditekan. Anak-anak sering dilarang menangis, tertawa terbahak-bahak, marah, takut dan sebagainya, dalam perkembangan emosi-emosi ini terpaksa ditekan, tidak dinyatakan.

  • Ketiga, ekspresi langsung atau tersembunyi. Emosi-emosi yang dimiliki intensitas tinggi seperti benci, permusuhan dan sebagainya, mungkin dapat dinyatakan secara langsung, mungkin juga tidak. Pada umumnya emosi-emosi demikian, bukan hanya ditahan atau ditekan, tetapi disembunyikan.

Penilaian seseorang terhadap setiap permasalahan yang dihadapi tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Goleman (2009:6) berpendapat “penilaian kita terhadap setiap permasalahan pribadi dan reaksi terhadapnya terbentuk bukan hanya oleh penilaian rasional atau sejarah pribadi kita, melainkan juga oleh pengalaman nenek moyang kita.” Penilaian atau persepsi seseorang terhadap permasalahan yang dihadapi akan mempengaruhi dalam bertindak. menurut Goleman (2009:318) “kemampuan emosional kita bukanlah harga mati; dengan pelajaran yang tepat, kemampuan itu dapat diperbaiki. Alasannya terletak pada bagaimana otak manusia menjadi matang.”

Keterampilan sosial dan keterampilan emosional dapat diberikan bagi peserta didik, diantaranya sebagai berikut (Goleman, 2009:403)
  1. Kesadaran-diri emosional; (a) perbaikan dalam mengenali dan merasakan emosinya sendiri, (b) lebih mampu memahami penyebab perasaan yang timbul, (c) mengenali perbedaan perasaan dengan tindakan.

  2. Mengelola emosi; (a) toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah, (b) berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan di ruang kelas, (c) lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat, tanpa berkelahi, (d) berkurangnya larangan masuk sementara dan skorsing, (e) berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri, (f) perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah, dan keluarga, (g) lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa., (h) berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan

  3. Memanfaatkan emosi secara produktif; (a) lebih bertanggung jawab, (b) lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan menaruh perhatian, (c) kurang impulsif; lebih menguasai diri, (d) nilai pada tes-tes prestasi meningkat.

  4. Membaca emosi; (a) lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, (b) memperbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan orang lain, (c) lebih baik dalam mendengarkan orang lain.

  5. Membina hubungan; (a) meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami hubungan, (b) Lebih baik dalam menyelesaikan pertikaian dan merundingkan persengketaan

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis (Yusuf, 2008:196).

Menurut Ahmadi (1998:102) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi emosi seseorang sebagai berikut:
  • Keadaan jasmani
    Apabila kedaan jasmani kurang sehat, dapat mempengaruhi emosi yang ada pada remaja, terutama siswa kelas unggulan. Pada umumnya remaja yang dalam keadaan sakit, sifatnya lebih perasa dibandingkan remaja yang sehat.

  • Keadaan dasar (pembawaan)
    Berhubungan dengan struktur pribadi remaja. Ada remaja yang mudah marah, sebaliknya ada remaja yang sukar untuk marah. Dengan demikian, struktur pribadi remaja akan turut menentukan mudah tidaknya remaja mengalami suatu perasaan.

  • Keadaan orang pada suatu waktu, atau keadaan temporer seseorang
    Remaja yang pada suatu waktu sedang kalut pikirannya, akan mudah sekali mengalami emosi negatif dibandingkan remaja yang dalam keadaan normal.

    Dampak Emosi Positif dan Negatif

    Berikut ini penjelasan mengenai Emosi Positif Dan Emosi Negatif yaitu:

    Dampak Emosi Positif

    Misalnya bahagia, senang, ceria, damai, rasa syukur. Emosi positif mengexpresikan sebuah evaluasi atau perasaan menguntungkan.

    Dampak Emosi Negatif

    Misalnya sedih, menangis, marah, kecewa, benci, dll. Emosi negatif mengexpresikan sebuah evaluasi atau perasaan merugikan.
    Suatu contoh ada seorang remaja cewek usia 18 tahun. Dia punya seorang teman cowok yang memiliki hubungan dekat lebih dari sekedar teman, sebut saja mereka pacaran. Dia sudah lama menjalin hubungan ini “pacaran sudah sejak kelas 3 SMP”. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, hingga tak terasa hubungan mereka berjalan selama kurang lebih 3 tahun. Hubungan yang sudah terjalin begitu lama, entah ada masalah apa, akhirnya mereka putus.
    Bagaimanakah emosi yang muncul ketika kalian mengalami kejadian tersebut? Pastinya akan muncul rasa marah, kecewa, benci dll. Inilah contoh emosi yang timbul karena ada stimulus. Namun dari peristiwa diatas sebenarnya anda juga bisa memunculkan emosi positif. Tapi kebanyakan orang, akan cenderung melihat peristiwa tersebut melihat dari sudut pandang negatif, sehingga emosi yang muncul juga negatif. 
  • DAFTAR PUSTAKA
  • Frieda, N.H. (Inggris)“Moods, Emotion Episodes and Emotions”, New York: Guilford Press, 1993, hal. 381-403.
  • Frijda, (Inggris)Moods, Emotion Episodes and Emotions," hal. 381.
  • Ekman, P. (Inggris)“The Nature of Emotion”, Oxford, UK: Oxford University Press, 1994.
  • Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat. Hal.311-315
  • Watson, D. (Inggris)”Development and Validation of Brief Measures of Positive and Negative Effect", Jurnal Kepribadian dan Priskologi Sosial, 1988, hal. 1063-1070
  • Ben-Ze'ev, A. The Subtlety of Emotions, Cambridge: MIT Press, 2000, hal. 94
  • Larsen, R. J. (Inggris)"Affect Intensity as an Individual Difference Characteristic: A Review," Journal of Research in Personality 21, 1987, hal. 1-39
  • Watson, D. Mood and Temperament, New York: Guilford Publications, 2000, hal. 1-10
  • Fuller, J. A. "A Lengthy Look at the Daily Grind," Journal of Applied Psychology 88, no. 6, Desember 2003, hal. 1019-1033
  • Isen, A. M. (Inggris)"Positive Affect as a Source of Human Strength," The Psychology of Human Strength, Washington DC: American Psychological Association, 2003, hal. 179-195
  • Lavidor, M. (Inggris)"How Sleep is Related to Fatigue," British Journal of Health Psychology 8, 2003, hal. 95-105.
  • Miller, E. K. (Inggris)"An Integrative Theory of Prefrontal Cortex Function," Annual Review of Neuroscience, 24, 2001, hal. 167-202.
  • Deaux, K. (Inggris)"Sex Differences," Annual Review of Psychology, vol. 26, Palo Alto: Annual Review, 1985, hal. 48-82
  • Ekman, p. (Inggris)"Smiles When Lying," Basic and Applied Studies of Spontaneous Expression, London: Oxford University Press, 1997, hal 201-216

Komentar