Kenduri??? apa sih itu!!?

halo.... assalamualaikum sahabat!! lama ya nda buat blog. mumpung lagi ada mood untuk menulis untuk sahabat... ayo kita bercerita kembali. mari sharing ilmu dan pengetahuan agar blog ini berkembang, kok jadi kaya utube ya openingnya... wkwkwkwkwk biar lah yang penting aku lagi mood nulis. hohoho. oh ya disini saya nda pake bahasa baku, bahasa yang baik untuk penulisan tapi saya akan menggunakan bahasa sehari-sehari. biar dong! dan sahabat bisa berbagi ilmu ataupun cerita dengan santuuyyy! wkwkwkwkw

waktu itu ketemu dengan sahabat yang berasal dari kalimantan. dia bercerita tentang kenduri pada zaman kutai kertanegara. hooh sahabat! zaman kerajaan. kenduri awal mula terjadi karena adanya kedermawanan dari raja mulawarman itu sekitar abad berapa masehi ya sahabat? ada yang tau nda? bentar ku cek... berdasarkan sumber wikipedia, jadi belajar sejarah lagi kita ni sahabat! karena aku kepo. wkwkwkwkw

Mulawarman menyedekahkan 20.000 ekor untuk kaum brahmana yang tercantum di yupa. yupa itu apa si? itu loh.... batu yang diukir karena zaman dahulu tidak ada laptop, kertas dkknya kaya zaman milenial. mereka menulis melalui berbagai bidang, ada yang perak, perunggu, batu, bahkan plakat. yupa itu ya buku tulis zaman dahulu untuk mengenang kebaikan dari raja mualawarman. yups... kejadiannya pada saat abad ke-4 masehi. wah lama sekali ya sahabat! 

Mulawarman menyedekahkan untuk bertujuan agar rakyatnya dia makmur sentosa dan keluarga dia baik-baik saja. kenapa kepada kaum brahmana? pada saat itu kaum brahmana dianggap paling dekat dengan tuhan. makanya agar semuanya terkabulkan mulawarman memberika 20.000 ekor kepada mereka. hooh sahabat kutai kertanegara kerajaan bercorak hindu-budha

ini isi dari yupanya raja mulawarman 



śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ.
Artinya:
Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.
dari stupa ini lah kenduri awal mula diketahui asal mulanya. all hail to lord Mulawarman! 

tak hanya dari kutai kertanegara sahabat! kenduri ternyata ada didalam masyarakat jawa. iya bener... yang biasa kita ngelakuin, namanya selamatan!

Sahabat! Kenduri itu sendiri menurut KBBI berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya.Kenduri atau yang lebih dikenal dengan sebuatan Selamatan atau Kenduren (sebutan kenduri bagi masyarakat Jawa) telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke Nusantara. diambil dari wikipidia

Sahabat menurut pengamat budaya dan sejarah Agus Sunyoto menegaskan bahwa budaya kenduri yang dilakukan umat Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa bukan karena pengaruh Hindu atau Budha karena di kedua agama itu tidak ditemukan ajaran kenduri. Ia mengemukakan bahwa catatan sejarah menunjukkan orang Campa memperingati kematian seseorang pada hari ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100 dan ke-1.000. Orang-orang Campa juga menjalankan peringatan khaul, peringatan hari Assyuro dan maulid Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, istilah kenduri itu sendiri menunjuk kepada pengaruh Syi`ah karena dipungut dari bahasa Persia, yakni Kanduri yang berarti upacara makan-makan memperingati Fatimah Az Zahroh, puteri Nabi Muhammad SAW.
       Senada dengan Agus Sunyoto, Muhammad Sholikhin dalam bukunya Ritual dan Tradisi Islam Jawa juga menjelaskan bahwa kenduri berasal dari bahasa Persia “kanduri”yang maksudnya adalah pesta makan setelah berdoa kepada Allah. Kalau di Persia (Iran) konteksnya adalah makan-makan setelah mendoakan putri Nabi Muhammad, Sayyidatina Fathimah al-Zahra.
       Sedangkan di Jawa, kenduri dimulai sejak masa Sunan Ampel dan diteruskan oleh Sunan Bonang. Upacara dan ritual kenduri ini sebagai solusi dari upacara sejenis yang telah ada sebelumnya. Menu utamanya daging (mamsa), ikan (matsya), minuman keras (madya), persetubuhan bebas (maithuna) dan samadhi (mudra), yang dikenal dengan upacara malima(pancamakara), yang dilaksanakan di tanah lapang (ksetra) serta bertelanjang bulat. Oleh sunan Ampel dan Sunan Bonang acara tersebut diislamkan, posisi lingkaran tetap, hidangannya diganti nasi tumpeng, daging ayam, ikan, dan minuman teh manis (dari legen kelapa atau air aren). Upacara tersebut pada mulanya dilaksanakan oleh aliran Biarawa-Tantra, yang salah satu penganutnya Raja Adityawarman (Moens, 1924).
       Tentu pertimbangan Sunan Ampel dan para wali di tanah Jawa dalam melaksanakan kenduri bukan sekedar sebagai ganti dari upacara pancamakara, namun juga karena pertimbangan bahwa ritual tersebut pernah dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sunan Ampel sendiri adalah keturunan dari Maulana Ishak dari Persia, dimana ritual kenduri sudah menjadi tradisi keagamaan yang cukup kuat, dan kemudian disebarkan di Campa (Vietnam Selatan), yang selanjutnya menyebar ke tanah Jawa disebarluaskan oleh Sunan Ampel dan wali yang lain. diambil dari ristanto sang pujangga blog

wah jadi melebar gini dan luas ya sahabat pemahaman kita tentang kenduri. ada yang sudah dong? apa masih perlu dibahas? uhuuuuk

setelah kita mengetahui sejarah asal-usulnya, sekarang kita bahas macam-macam jenis kenduri sahabat! kenduri itu sendiri dibagi menjadi beberapa bagian yakni:

1 Kenduri selapanan
Tujuan kenduri selapanan adalah untuk mendoakan anak tersebut (yang didoakan) terhindar dari penyakit, menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, terhindar dari bencana, dan menjadi anak yang bermanfaat dalam bermasyarakat.[ Biasanya kenduri ini diadakan setelah anak berumur 35 hari atau selapan.

2 Kenduri Suronan
Tujuan diadakan kenduri suronan adalah untuk memperingati tahun jawa. Biasanya tanggal 10 suro dan laksanakan oleh semua warga desa dengan membawa berkat sendiri-sendiri.

3 Kenduri Mitoni
Tujuan kenduri mitoni adalah untuk memperingati kehamilan anak pertama yang masih dalam kandungan dan berumur kurang lebih tujuh bulan.

4 Kenduri Puputan
Tujuan diadakan kenduri puputan adalah untuk memperingati terlepasnya tali pusar anak. Biasanya dilakukan sebelum anak berumur selapan atau kalau tali pusarnya terlepas.

5 Kenduri Syukuran
Tujuan diadakan kenduri syukuran adalah untuk mengucapkan rasa syukur karena yang sebuah hal yang diinginkan sudah tercapai dan orang yang mengadakan kenduri syukuran ini bersedekah dengan masyarakat sekitar

4 Kenduri Munggahan
Kenduri ini menurut cerita tujuannya untuk menaikkan para leluhur ke Surga (beberapa tempat menyebutnya dengan selamaten pati).Kenduri ini ditujukan sebagai do’a untuk ahli kubur dari keluarga yang menggelar kenduri tersebut. Dan, kenduri ini dapat dibagi menjadi beberapa macam, yakni: kenduren/selamatan ke-3(Kenduri Telongdinanan), ke-7 (Kenduri Pitungdinanan), ke-40 (Kenduri Patangpuluhan), ke-100 (Kenduri Nyatusan), dan ke-1000 (Kenduri Nyewu) hari wafatnya seseorang.

5 Kenduri Badan (lebaran/mudunan)
Kenduri ini dilaksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 syawal (aboge).[Kenduri ini sama seperti kenduri Likuran, konon hanya tujuannya yang berbeda yaitu untuk menurunkan leluhur agar dapat bertemu dan bertegur sapa.[Yang membedakan hanya, sebelum kenduri badan, biasanya didahului dengan nyekar ke makam leluhur dari masing-masing keluarga.

Kenduri Weton
Kenduri ini dinamakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada hari lahir (wetonjawa) seseorang. Di beberapa tempat, kenduri jenis ini dilakukan oleh hampir setiap warga, biasanya satu keluarga satu weton yang dirayakan, yaitu yang paling tua atau dituakan dalam keluarga tersebut.[5] Kenduri ini di lakukan secara rutinitas setiap selapan hari (1 bulan).

Kenduri Sko
Kenduri ini merupakan kendurian terbesar dalam masyarakat Kerinici. Kenduri ini biasanya dilaksanakan setelah panen hasil sawah yang pada awalnya dilakukan untuk tujuan meningkatkan rasa kebersamaan antar sesama masyarakat yang memanen

7 kenduri selikuran 
Tujuan diadakan kenduri selikuran adalah untuk memperingati puasa sudah 21 har]Biasanya dilaksanakan oleh semua warga desa dengan membawa berkat sendiri-sendiri.

8 Kenduri Angsumdhahar
Tujuan diadakan kenduri ini adalah untuk memperingati calon pengantin sebelum resmi menikah dan biasanya dilaksanakan 2 hari sebelum calon pengantin tersebut menikah. Tujuan diadakan kenduri ini adalah untuk memperingati calon pengantin sebelum resmi menikah dan biasanya dilaksanakan 2 hari sebelum calon pengantin tersebut menikah.

beberapa contoh gambar kenduri:
Kenduri Selepanan








Kenduri Suronan








Kenduri SKO dari Kerinci 








oh jadi yang ku tahu itu namanya selamatan nama bekennya kenduri. okokok aku paham sekarang. sahabat juga pasti tambah paham kan? semoga bermanfaat ya sahabat! saya andhika pamit... tapi akan kembali. ciaaaaaaa wkwkwkwkwkwkw

referensi

  1. nuzuli ziadatun ni'mah. "Kenduri dalam bahasa jawa" (pdf). Diakses tanggal 26 April 2014.
  1. "Kenduri antara tradisi dan agama". Diakses tanggal 26 April 2014.
  1. "Kenduri". Diakses tanggal 26 April 2014.
  1.  "Kenduri". Diakses tanggal 28 April 2014.
  1. "Kenduren. "Diakses tanggal 26 April 2014.
  1. Fitria Anggraini. "Tenggelamnya Makna Asli Upacara Adat Kenduri Sko di Kerinci, Jambi" (pdf). Diakses tanggal 26 April 2014.
  1.  Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,.... hlm. 19.
  1. Budiono Herusatoto, Simbolisme Dalam Budaya Jawa, (Jogjakarta: Hanindita Graha Widia, 2005), hlm. 25.
  1. Mark R. Woodward, Islam Jawa : Kesalehan Normatif versus Kebatinan. Terj. Hairus Salim HS,(Yogyakarta : LKiS, 2008), hlm. 85.
  1. Ibid, .... hlm. 86.
  1. Ibid, ...., hlm. 88-89.
  1. Ibid, ...., hlm. 90.
  1. Ruslan Burhani, “Kenduri Kematian bukan Pengaruh Hindu Budha”, dalam http://www.antaranews.com, diakses pada hari Senin 18 Januari 2016.
  1. Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa,.... hlm. 63.
  1. Ibid, ...., hlm. 65






Komentar